Senin, 27 Juni 2011

Busana Muslim Indonesia Menonjol di Ajang IFF

 
KREATIVITAS desainer lokal ternyata tak kalah saing dengan para desainer luar negeri. Hal itu dibuktikannlewat pertunjukan busana muslim di ajang Islamic Fashion Festival.Memasuki hari kedua, pergelaran IFF kembali menampilkan 17 desainer, di antaranya 13 desainer dari Indonesia dan empat lainnya berasal dari Kuala Lumpur.
 
Berlokasi di Ballroom Hotel Grand Royal Panghegar Bandung, para desainer menunjukkan kepiawaian mereka merefleksikan tema besar IFF 2011, yakni "Moghul Splendour".

Tampil membuka dalam parade hari kedua adalah Toera Imara yang mengusung tema “Royal Resurgence”. Toera yang terinspirasi dari pemerintahan Shah Jahan menerjemahkan koleksi secara indah lewat harmonisasi warna dan detail pada rancangannya. Toera menonjolkan kemegahan kerajaan dengan warna-warna mewah, seperti turquoise, purple, dan cokelat. Keindahan rancangannya pun makin terasa dengan teknik layering bertumpuk serta aksen silang di bagian dada.

Tak kalah menarik, desainer asal Bandung, yakni Nina A'zura yang menyuguhkan tema “Reflection of Dancing Harmony”. Pada koleksinya, Nina menggambarkan penari India yang cantik dengan tampilan busana dengan warna terang serta kemegahan busana lewat material silk, organza, dan lace. Semangat energik namun dengan tampilan seksi, glamor dan eye catching disuguhkan secara apik pada rancangannya.

Desainer lainnya yang menarik adalah Nuniek Mawardi. Nuniek menampilkan tema “The Great Inculturation” pada kesempatan tersebut. Inspirasi yang diusungnya yakni dinasti ketiga dari bangsa Moghul, di mana memiliki raja Jalaludin Akbar. Untuk merepresentasikan era itu, Nuniek mengambil sisi elegan dengan tampilan baju perang yang terdapat baret dan terompetnya di bagian bahu. Pada koleksinya kali ini, Nuniek menggunakan bold colour, warna alam dan turquoise dalam lima koleksinya.

Ya, tampilan rancangan busana desainer Indonesia secara keseluruhan memang tampak menarik, bahkan tak kalah saing dengan negeri seberang baik dalam soal model dan juga kreativitas.

"Mereka (Malaysia) dalam sisi mode memang masih kurang. Dalam membuat koleksi mereka masih menciptakan busana yang pas di tubuh. Sementara kita sudah jelas koridornya dan sesuai dengan kaidah muslim karena dalam organisasi kami sendiri memang telah sepakat dengan syarat-syarat yang ada. Sebagai desainer, kami memang harus komitmen dan tidak boleh asal-asalan. Meski demikian, kami pun masih dalam proses belajar hingga saat ini. Walau dalam sisi mode atau sense of Islam masih kurang, dalam busana kontemporer mereka lebih maju. Itulah yang perlu disinergikan," jelas Iva Lativah.


(sc :OkeZone)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar